Majene – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Majene tengah menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan keuangan. Saat ini, rumah sakit tersebut masih memiliki utang kepada vendor obat sebesar Rp12 miliar yang berdampak pada suplai obat dan pelayanan kesehatan.
Plt Direktur RSUD Majene, dr. Musadri Amir, mengungkapkan bahwa pada awalnya utang rumah sakit mencapai Rp17 miliar, namun pihaknya telah membayar Rp5 miliar. Ia menargetkan akan melunasi minimal Rp5 miliar lagi sebelum akhir tahun 2025.
Akibat tumpukan utang ini, beberapa vendor memilih menunda atau menghentikan suplai obat ke RSUD Majene. Hal ini menyebabkan sejumlah pasien harus membeli obat di luar rumah sakit untuk mendapatkan perawatan pada tahun 2024 lalu. Namun, pihak RSUD Majene telah mengganti biaya obat bagi pasien yang terdampak.
“Bulan Desember 2024 kemarin, seperti itu kondisinya, tapi kami bayar pergantian untuk pasien beli obat,” ujar dr. Musadri, Senin (3/3/2025).
Untuk mengatasi permasalahan ini, RSUD Majene akan menerapkan berbagai langkah efisiensi, terutama dalam penggunaan obat. dr. Musadri menegaskan bahwa pemberian obat akan lebih selektif dan disesuaikan dengan kebutuhan pasien yang sifatnya mendesak.
Sebagai Badan Layanan Umum Daerah (BLUD), RSUD Majene juga berkomitmen meningkatkan kualitas layanan kesehatan. dr. Musadri berharap seluruh pejabat dan tenaga kesehatan di rumah sakit dapat bekerja keras, berinovasi, serta menerima kritik dan saran dari masyarakat agar pelayanan dapat terus berkembang dan memenuhi harapan publik.
“Hal ini sebagai langkah menunjukkan komitmen RSUD Majene untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat, sehingga rumah sakit ini dapat terus maju dan berkembang,” pungkasnya.