MAJENE – Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat STAIN Majene, melakukan aksi unjuk rasa di depan kantor Perusahaan Daerah (Perusda) Aneka Usaha Kabupaten Majene, Jumat 18 Oktober 2024. Demonstrasi ini dipicu oleh kekecewaan atas minimnya kinerja selama 100 hari kepemimpinan Direktur baru Perusda, yang dianggap gagal menjalankan harapan besar untuk memacu roda perekonomian daerah.
Mahasiswa menilai bahwa dalam tiga bulan pertama kepemimpinan Direktur Moch. Loetfie Noegraha, Perusda belum menunjukkan progres signifikan. Bahkan, program strategis yang diharapkan dapat mendorong perubahan tak kunjung terealisasi.
Perusahaan yang sejak 2021 mengelola dana bagi hasil migas sebesar Rp35 miliar dari Pulau Lereklerekang ini, dinilai gagal meningkatkan ekonomi masyarakat Majene. Padahal, keberadaan dana tersebut seharusnya menjadi peluang besar bagi Perusda untuk menggenjot Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta menciptakan dampak nyata bagi kesejahteraan warga.
“Harapan kami, Direktur baru ini mampu membawa angin segar perubahan. Namun hingga saat ini, kontribusi Perusda bagi masyarakat Majene masih minim dan jauh dari harapan,” tegas Syamsuddin, Ketua HMI Komisariat STAIN Majene, saat berorasi.
Syamsuddin juga menyoroti lambatnya penyusunan program prioritas, yang dinilai berkontribusi terhadap merosotnya kepercayaan publik. Menurutnya, Perusda Aneka Usaha harus segera membuat langkah konkrit dan menghadirkan inovasi nyata dalam mendongkrak sektor ekonomi daerah.
“Kami menuntut aksi nyata, bukan sekadar janji. Perusda seharusnya mampu membina usaha kecil dan meningkatkan PAD, tapi sampai sekarang inisiatif itu belum ada,” ungkap salah seorang demonstran.
Mahasiswa mendesak Bupati Majene, sebagai Kuasa Pemilik Modal (KPM), untuk segera mengevaluasi manajemen Perusda. Mereka berharap adanya perombakan dan kebijakan proaktif guna mempercepat realisasi Rencana Kerja Perusahaan (RKP), yang sampai saat ini belum juga disusun oleh Direksi baru.
“Seratus hari ini seharusnya menjadi kesempatan emas untuk membuktikan diri, namun yang terjadi malah ketidakpastian dan ketiadaan rencana strategis. Kami menuntut gebrakan nyata dari Perusda,” tambah Syamsuddin.
Sementara itu, Direktur Perusda Aneka Usaha Majene, Moch. Loetfie Noegraha, dalam keterangannya kepada media, mengakui bahwa pihaknya menghadapi sejumlah kendala internal. Salah satunya adalah masalah perencanaan yang tidak tuntas oleh direksi sebelumnya, yang menyebabkan Perusda tidak memiliki landasan untuk bergerak.
“Saya baru menjabat sejak Juni 2024, dan seharusnya program tahunan sudah ada. Namun, karena perencanaan belum diselesaikan oleh direksi sebelumnya, kami kesulitan untuk memulai program apa pun,” ungkap Loetfie.
Loetfie menambahkan bahwa pihaknya tengah berupaya untuk menyusun rencana strategis yang diharapkan dapat dieksekusi mulai tahun 2025, guna mengatasi ketertinggalan yang terjadi selama periode sebelumnya.
Tantangan berat kini membayangi manajemen baru Perusda Aneka Usaha Majene. Dengan ekspektasi besar dari masyarakat, terutama mahasiswa, Direksi diharapkan segera memperbaiki kinerjanya dan menampilkan hasil yang nyata demi masa depan perekonomian Majene.


